Thursday, March 10, 2011

Guru, (Bahasamu) Digugu dan Ditiru

Dalam sebuah obrolan ringan dengan siswa-siswa saya (usia mereka berkisar 16-18 tahun), mereka bercerita mengenai guru-guru mereka (selain saya pastinya..heuhe)

Anak 1:
Bu, kalo ada kompetisi guru yang ngomongnya paling teratur, Pak Bageur (bukan nama sebenarnya) pasti menang lah Bu, si Bapa kata-katanya baku pisan lah Bu, padahal bukan guru bahasa Indonesia. Marah aja bahasanya baku dan sopan bu, lempeng, dan terdengar merdu.

Saya:
Oh iyah?? subhanallah...

Anak 2:

Serius Bu, tapi kita jadinya suka ngantuuuk pelajaran si Bapa...pada tidur da Bu di kelas.

Saya:
Oh gitu? Emang gimana gitu ngomongnya?

Anak 1:
Contoh ni yah Bu, Pak Bageur bilang, “Anak-anakku yang baik, satu pekan lagi kita akan menghadapi ujian sekolah...persiapkanlah sebaik mungkin semua yang telah bapak ajarkan pada kalian semua. Dan ingatlah, istirahat yang cukup itu sangatlah penting.
Jadi tolong anak-anakku, khusus untuk satu pekan ini kurangilah aktifitas yang tidak terlalu penting, utamakanlah belajar dengan sebaik-baiknya....blablablablablablablablablablablablablablablablablabla.. Terima kasih.”


Saya:
Subhanallah...

Anak 2:
Ah, Ibu mah subhanallah, subhanallah waee...
Tar bis itu kita bilang deh Bu, “Baik Paaaaaaaaaaaaaak, terima kasih kembaliiii...”

Saya:

Oh...ohohoho.

Anak 3:
Tapi ada juga loh Bu, guru saya yang parah edun, si Bapak Heureuy (bukan nama sebenarnya juga..hihi) gak pernah hapal nama-nama kita, setiap kita dipanggil sama dia “bedebah” bu, jadi nama anak sekelas bagi si Bapa mah “bedebah” semua.

Saya:

Hah?

Anak 3:
Misalnya gini nih bu,
“Kamu! Bedebah yang baru cukur rambut, maju! Kerjakan no satu!”
“Yang dipinggirnya bedebah item, jangan sibuk sendiri dong!
“Bedebah yang pake switer ijo, tolong bacakan!”
“Bedebah kriting! Kemarin kenapa kamu absen?”

parah kan bu...hahahah

Saya:
Jadi kamu teh dipanggil bedebah apa?
Anak 3:
Tergantung Bu...hahaha..Jadi setiap kali bapa ngomong pokoknya kita ketawa lah bu, heureuy wae da si bapa mah, nadanya marah-marah terus, padahal engga marah.


***Kedua-duanya pendidik, kedua-duanya mengesankan bagi anak-anak. Buktinya jadi bahan ceritaan..hehe. Saya tidak ingin bilang bahwa Pak Heureuy tidak memberi keteladanan bahasa. Saya pun tidak ingin bilang bahwa Pak Bageur kurang peka melihat keadaan anak muda jaman sekarang. Saya hanya benar-benar ingin bilang: kedua-duanya pastilah menyimpan alasan mengapa mereka memilih bahasa demikian; mari saling menghargai prinsip setiap pendidik dalam menyampaikan esensi pendidikan.

No comments: